Sebuah Dukungan Positip

dukungan

Sebuah Dukungan Positip
Masing-masing kita membutuhkan dukungan terutama pada saat kita sedang bergelut menghadapi sesuatu yang sangat ingin kita taklukkan. Saya teringat pada murid-murid les private Bahasa Inggris saya. Setiap dari mereka memiliki kekurangan dan kelebihan yang unik. Salah satunya Arya, bocah laki-laki berumur 8 tahun yang duduk di kelas 2 Sekolah Dasar ini menurut ibunya sangat benci menulis, sementara untuk membuat murid-murid saya mengingat dan bisa menghapal kosa kata dari kata-kata Bahasa

Inggris yang baru, saya menyuruh mereka menulis mengikuti tulisan yang telah saya tuliskan di bagian baris teratas sebanyak tiga barisan ke kanan dan mereka harus menyelesaikannya sampai ke bawah.
Pertama kali mendengar apa yang harus dia lakukan, Arya menghela nafas panjang tapi tidak membantah. Dia melihat saya sambil tersenyum kecut dan bermalas-malasan tapi tidak berkata apa-apa. Saya membacakan cara pembacaan kata itu dan membacakan ejaan huruf-hurufnya dan menyuruhnya untuk mengulangi cara pembacaan dan pengejaan hurufnya juga. Kemudian saya berkata kepadanya “Sayang, Arya tulis ini ya sampai kebawah, kalau sudah selesai huruf-hurufnya di hapal dan di spell kan di depan Mam. Nanti Arya pasti bakalan pintar Bahasa Inggrisnya. Arya mau kan pintar Bahasa Inggris nak?” Dia mengangguk dan mulai menulis.
Tidak berapa lama kemudian Arya menyerahkan tulisannya dan berkata “ I have finished Mam” Saya melihat tulisannya hampir tidak bisa terbaca. Jarak antara setiap kata sangat rapat dan tak ada spasi sama sekali karena tiap huruf yang dia tuliskan cukup besar-besar. Tapi Arya bisa cepat menghapal kata itu dan mengejanya dengan bacaan alphabet yang benar. Saya tersenyum dan berkata “ Good job Arya. Ihh Arya pintar ya, tulisannya bersih dan tidak ada bekas hapusan setip“. Arya juga bisa nyelesain tulisannya semua dan menghapalnya dengan bagus.
Tapi sayang, lain kali nulisnya jangan terburu-buru ya, biar tulisan Arya bisa lebih bagus lagi. Hurufnya kalau bisa jangan besar-besar supaya tulisannya tidak mepet dengan yang ada disampingnya. Arya mau gak supaya kita menghapus tulisan di barisan ke empat ini dan mengulangi lagi tulisannya lagi, biar nanti nilai tulisan Arya bisa tinggi. Kalau Arya capek Arya bisa berhenti sebentar terus nulis lagi” Saya tersenyum sambil mengelus rambutnya dan Arya pun tersenyum dan mengangguk setuju. Dengan semangat dia menghapus beberapa barisan kata yang sudah dia tulis dan mengulanginya pelan-pelan sambil berkonsentrasi penuh agar tulisannya tidak besar-besar dan tidak mepet satu sama lain.


Sebuah Dukungan Positip



Dukungan Positip Bagi Si Kecil
Lain Arya lain lagi Aliang. Bocah laki-laki sebaya Arya ini bermasalah dalam pelajaran menghapal, lambat mengerjakan dan sering salah menuliskan arti empat puluh dalam bahasa Inggris (40=forty; bukannya fourty) dan Aliang sering menulis fourty untuk arti empat puluh. Tapi Aliang punya tulisan tegak bersambung yang sangat bagus. Tulisan tegak bersambung milik Aliang persis seperti tulisan tegak bersambung milik orang-orang zaman dulu yang memang sangat indah, bersih dan bagus. Jika melihat tulisannya, kita tidak akan menyangka kalau itu adalah tulisan anak yang duduk dikelas Dua Sekolah Dasar.
Mengetahui kalau dia lambat menulis, Aliang justru tau diri dan dia tidak pernah bereaksi terhadap teman-temannya yang acapkali mengobrol sambil mengerjakan soal. Dia selalu tertarik mengerjakan pelajaran yang dia kerjakan dengan serius walau selalu hasil yang dia kerjakan justru lebih banyak salahnya dibanding dengan teman-temannya yang mengerjakan sambil ngobrol. Tapi saat teman-temannya selalu meledek dia yang lambat tapi yang paling sering banyak salah, saya selalu memuji tulisan tegak bersambung bagus miliknya saat dia menyerahkan bukunya juga memuji keseriusannya dalam mengerjakan semua tugas. “Aliang hebat ya, tulisannya bagus sekali. Tulisan Mam aja gak sebagus punya Aliang. Yang lain jangan suka meledek Aliang dong. Aliang memang lambat tapi nilai tulisan Aliang selalu yang paling tinggi diantara semua kan?” Setelah satu tahun lebih saya mengajar mereka semua, justru Aliang yang paling punya semangat belajar yang paling tinngi.
Dia tidak pernah melewatkan satu pertemuan pun tiap les kami. Dia juga yang selalu pertama kali hadir walau dia juga yang selalu paling akhir pulang karena kelambatannya dalam mengerjakan soal. Saat saya sedang berdua dengannya menunggu dia selesai, saya berusaha untuk menggunakan waktu ini untuk memuji kelebihan-kelebihan yang dia punya. Dan Aliang selalu tersenyum senang saat saya mengatakan bahwa saya bangga padanya karena dia rajin, tidak suka ngobrol dan tidak pernah berisik saat belajar.
Baik Arya dan Aliang, mereka berdua memang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, tapi mereka berdua sama-sama berekasi positif terhadap pujian dan dukungan


0 komentar:

Posting Komentar